RM. Margono Djojohadikoesoemo


Raden Mas Margono dilahirkan pada 16 mei 1984 di porbolinggo, jawa tengah. Orang tuanya masih keluarga bangsawan. Jabatan penting yang pernah dipegang ayahnya adalah sebagai asisten wedana (kepala onder distrik) dan terkahir sebagai ajun kepala jaksa. Kakek buyutnya margono, ialah Raden Tumenggung Kertanagara adalah pengikut setia pangeran diponegoro. Banjak wide yang masih keturunan raja-raja dari Keraton Surakarta pernah dibuang ke Timor dan sekembalinya dari sana ia diangkat menjadi bupati romadi di kedu selatan. Begitu juga nenek moyang istri margono yaitu raden Tumenggung Wiroreno adalah pengkiut setia pangeran diponegoro.

Sebelum wafat raden tumenggung wiroreno berpesan agar semua cucunya yang bekerja sama dengan kompeni atau menjadi angota pegawai kompeni untuk selamanya tak boleh berziarah ke makamnya. Karena itu ketika Margono menjadi Gubernemen Hindia Belanda ia tidak berani berziarah ke makam leluhurnya itu, tokoh pergerakan ini bersaudara empat belas orang. Ia merupakan anak tertua dari yang hidup, karena delapan di antaranya meninggal dunia pada usia remaja. Margono mengawali pendidikannya pada tahun 1901-1907 di ELS. Menjelang akhir 1907, margono meningalkan kota Banyumas untuk memasuki OSVIA di magelang. Sebelum pergi ke magelang ia terlebih dahulu harus menempuh ujian klein ambteenar. Suatu ujian yang sangat penting terutama untuk memperoleh pekerjaan pada kantor-kantor pemerintah Hindia Belanda atau dinas lainnya.

Selepas itu margono bekerja sebagai pegawai rendah pamong praja. Setalah dua tahun ia dipindahkan ke dinas pekreditan desa, Bolk Credit Bank dan Djawatan Koperasi pada pemerintah hindia belanda. Margono merupakan pendiri dan presiden direktur bank negara indonesia yang didirikannya tahun 1956 ia kemudian meninggalkan indonesia tahun 1957 mengikuti Soemitro. Putranya yang berbeda faham dengan presiden Soekarno. Dalam pekerjaan yang ia geluti di bidang ekonomi keuangan dirasakan menyimpang dari keinginannya semula. Karena itu menjadi seorang usahawan atau bankir, Margono merasa tidak mempunyai bakat. Margono merasa tidak cukup mengerti tentang perusahaan dan perdagangan bahkan sampai gagal dalam ujian memegang buku yang diselenggarakan oleh Volkscredit Wezen.

0 Response to "RM. Margono Djojohadikoesoemo"

Post a Comment